Hidayatullah.com--Dakwah
tak semata menuntut semangat. Lebih dari itu, aktifitas ini
mengharuskan setiap pelakunya memiliki aqidah yang benar, wawasan yang
luas, kemampuan memetakan skala prioritas, dan memiliki kompetensi
keilmuan praktis di bidang agama Islam.
Berangkat dari kesadarn tersebut, Persaudaraan Dai Nusantara (POSDAI) didukung Majelis Taklim TELKOMSEL, HiTC, BMH, dan Hidayatullah Media
menggelar acara “Daurah Muallim dan Grand MBA” yang diselenggarakan
selama 7 hari yakni tanggal 19 sampai dengan 25 Maret 2013 di Gedung
Hidayatullah Training Center (HiTC), Kota Depok, Jawa Barat.
Acara ini diikuti sebanyak 33 orang peserta
perwakilan dai dari seluruh Indonesia. Dauroh muallim diisi oleh
instruktur nasional POSDAI diantaranya Ustadz Muhdi Muhammad, Ustadz
Agung Tranajaya, M.Psi, Ustadz Asep Soepriatna, dan Ustadz Shohibul
Anwar, M.HI.
Selain mengkaji dan mempelajari bidang keilmuan
Islam seperti metode Gerakan Dasar Membaca dan Belajar Al Qur’an (Grand
MBA), peserta juga menerima materi training intensif seperti fiqh
dakwah, komunikasi dakwah, wawasan global, dan lain-lain.
Ketua PP Hidayatullah Bidang Pelayanan Umat,
Ustadz Tasyrif Amin, dalam sambutannya saat membuka acara ini,
mengatakan gerakam dakwah adalah pekerjaan berat. Di waktu yang sama
setiap Muslim memiliki tanggungjawabjawab menyampaikan dakwah Islam
sesuai dengan fungsi dan perannya di masyarakat.
“Dakwah adalah kewajiban setiap Muslim. Setiap
kita harus berdakwah, sebab seperti kata Nabi Sampaikanlah olehmu
walaupun satu ayat. Namun demikian, tidak semua orang punya kesempatan
sama untuk dapat terjun langsung ke wilayah objek dakwah,” katanya.
Untuk itu, kata dia, dukungan moril komponen
umat terhadap setiap gerakan dakwah di lapangan yang dilakukan para
aktifis dai menjadi bagian penting keberlangsungan dakwah.
Salah seorang peserta, Ilham Lubis dari Nusa
Tenggara Timur (NTT) mengaku mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan
yang digelar selama 7 hari tersebut. Ia yang mengemban amanah dakwah di
daerah minoritas ini semakin tambah antusias untuk mendakwahkan
nilai-nilai Qur’an.
“Kita semakin termotivasi untuk mempelajari
Al-Qur’an. Tidak bisa dipungkiri bahwa kadang-kadang dengan kesibukan,
kita akhirnya lupa dengan Al Qur’an. Dengan mengikuti kegiatan dauroh
kemarin, semangat untuk mempelajari, membaca, dan mendakwakan Qur’an
terus membuncah,” kata Ilham yang berdarah Batak ini, Rabu (02/05/2013).
Senada dengan itu, dai asal Manokwari Papua
Barat, Sulthan, punya kesan yang cukup medanal. Dihubungi terpisah,
Sulthan menceritakan bahwa dirinya sudah lama menjadi guru ngaji. Namun
setelah mengikuti dauroh metode Grand MBA ia merasa masih memiliki
banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
“Belajar ketepatan huruf Hijaiyah saja harus
benar-benar fokus hingga 2 hari,” kata dai yang sudah berdakwah selama
20 tahun di Papua ini.
Sulthan mengatakan waktu 7 hari untuk
mempelajari Al Qur’an adalah waktu yang teramat singkat. Ia pun merasa
belum terpuaskan dahaganya.
“Hanya 7 hari tidak cukup waktunya, saya sendiri
belum puas. Kegiatan dauroh semacam itu perlu terus digulirkan Posdai
sebab Qur’an yang kita pelajari dan akan disampaikan ke orang lain
adalah ujung tombak yang berisi metodologi dakwah,” kata Sulthan.
Ketua Panitia acara itu, Samani Harjo, mengatakan POSDAI secara rutin menggelar kegiatan upgrading
untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi dai. Kata Samani, kegiatan
tersebut dinilai penting untuk bekal para dai agar ketika terjun di
medan dakwah dahaga masyarakat akan pemahaman Islam bisa terpenuhi
dengan baik.
“Alhamdulillah, acara ini terselenggara dengan
baik dan lancar atas dukungan para dermawan Muslim melalui POSDAI yang
memiliki kepedulian terhadap gerakan dakwah Islam. Semoga dukungan
tersebut menjadi rangkaian amal shaleh, bersama dai membangun negeri,”
kata Samani.*
PESERTA DAUROH MUALLIM DAI NUSANTARA
NO
|
NAMA DAI
|
ASAL DAERAH
|
1
|
Abd. Kadir
|
Ambon
|
2
|
Abdul Hamid
|
Gorontalo
|
3
|
Abdul Kadir
|
Papua
|
4
|
Abdullah Azzam
|
Jatim
|
5
|
Abdurrahman
|
Palu
|
6
|
Abdurrahman Hasan
|
Sul-Bar
|
7
|
Ahmad Suradi
|
Berau
|
8
|
Ali Imron
|
Kal-Bar
|
9
|
Ali Mufrod
|
Depok
|
10
|
Asep Muhidin
|
Pati
|
11
|
Asy'ari
|
Pontianak
|
12
|
Awaluddin
|
Lampung
|
13
|
Budiman Stenhar
|
Sum-Sel
|
14
|
Faruq Sodikin
|
Bengkulu
|
15
|
Hartono Abu Aisy
|
Pati
|
16
|
Hendra Abdurrahman
|
Bandung
|
17
|
Ilham L
|
NTT
|
18
|
Imam Rohani
|
Banjarmasin
|
19
|
Irfan Yahya
|
Sul-Sel
|
20
|
Jumain
|
Samarinda
|
21
|
Khairul Anam
|
Jateng
|
22
|
Kisman
|
Palangkaraya
|
23
|
Misjaya
|
Makassar
|
24
|
Mochamad Muslih
|
Bali
|
25
|
Muh. Naim
|
Sul-Bar
|
26
|
Muhammad
|
Mataram
|
27
|
Mujahid
|
Banten
|
28
|
Safruddin
|
Sul-Sel
|
29
|
Saiful Prihatin
|
Gunung Kidul
|
30
|
Samsul Alam
|
Manado
|
31
|
Sultan
|
Manokwari
|
32
|
Sumono
|
Jambi
|
33
|
Yusuf Q
|
Papua
|
Rubrik ini atas kerjasama dengan
Persaudaraan Dai Nusantara (Pos Dai). Dukung dakwah para dai nusantara
melalui rekening donasi Bank BSM: 733-30-3330-7 atau BNI 0254-5369-72
a/n Pos Dai atau Yayasan Dakwah Hidayatullah Pusat Jakarta. Ikuti juga
program dan kiprah dakwah dai lainnya serta laporan di portal www.posdai.com